Tumpukan Sampah di Pintu Air Ardiwilis Menghilang Misterius, Diduga Sengaja Dihanyutkan ke Sungai! Kinerja DPUPP Disorot Tajam

SITUBONDO, – Pengelolaan sampah di Kabupaten Situbondo kembali menjadi sorotan tajam. Tumpukan sampah yang menggunung di pintu air Jembatan Ardiwilis, Sumberkolak, Panarukan, Situbondo, dikabarkan mendadak berkurang drastis pada Jumat (24/10/2025). Sayangnya, bukan karena diangkat ke darat, melainkan kuat dugaan sampah-sampah tersebut sengaja dihanyutkan ke hilir menuju sungai yang bermuara ke timur, melewati Kampung Blekok Klatakan, Kendit.

Menurut pengamatan di lokasi, tidak ada tanda-tanda sampah diangkut ke darat atau ditempatkan di kontainer sampah milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang kondisinya diketahui sudah penuh sejak hari sebelumnya. Kondisi selokan yang basah di sekitar pintu air, serta berkurangnya volume sampah secara signifikan dibandingkan hari Kamis (23/10/2025), memperkuat dugaan adanya praktik “buang ke sungai” dengan cara membuka pintu air.

Dampak dari praktik yang tidak bertanggung jawab ini mulai terlihat jelas. Dasar sungai dikabarkan sudah mulai dangkal karena dipenuhi endapan sampah, mengancam ekosistem dan aliran air.

Drainase Mampet, Jalan Raya Jadi “Sungai”.

Sorotan tidak hanya tertuju pada pintu air. Kinerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Perumahan dan Permukiman (DPUPP) Situbondo, yang juga memiliki tupoksi dalam pengelolaan infrastruktur saluran air, dipertanyakan terkait penanganan sampah di selokan dan drainase kota.

“Sangat miris dan memprihatinkan,” ujar seorang warga yang prihatin.

Contohnya, di pertigaan Jalan Seroja, air selokan yang mampet sejak kemarin dibiarkan begitu saja. Sampah yang tidak dikelola dengan benar menyebabkan air meluap ke jalan, tidak hanya mengganggu pengguna jalan, tetapi juga berpotensi merusak struktur jalan raya.

Hal serupa terjadi di selokan depan pos pantau lantas di depan RS Elisabeth. Tumpukan sampah di drainase ini diperkirakan akan menyebabkan air meluap ke jalan raya saat hujan turun. Jika ini terjadi, ruas jalan mulai dari Jalan Basuki depan Tanjung hingga pos pantau RS Elisabeth berpotensi berubah menjadi “sungai” dadakan, mengancam keselamatan dan kenyamanan publik serta memperparah kerusakan jalan.

Masyarakat menuntut pertanggungjawaban dan kinerja nyata dari DPUPP Situbondo. Pengelolaan sampah yang salah, dengan membiarkan sampah hanyut ke hilir hingga menyumbat saluran drainase, telah menimbulkan efek domino yang merugikan. Sampai kapan Situbondo harus menghadapi persoalan sampah yang mengancam lingkungan dan infrastruktur publik? Perlu tindakan tegas dan solusi permanen, bukan sekadar memindahkan masalah dari pintu air ke hilir sungai.

Tim TR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *